Menulis Untuk Diri Sendiri

Gila, sudah tiga tahun tidak pernah update apapun di blog. tidak lagi menulis apapun lagi, rasanya seperti kehilangan memori apa saja yang terjadi di gejolak otak dan hati selama tiga tahun.

Dan ya, kali ini gue memulai menulis lagi untuk menjadikan blog ini sebagai tempat mendokumentasikan apa yang ada di pikiran, apa yang ada di hati, dan apa saja yang perlu di tuliskan.

Memang eksistensi dalam menulis tidak bisa dihilangkan. Rasa haus akan eksistensi dalam membuat karya akan terus menghinggap di ruang kenaifan kita. Tapi jika hanya itu saja alasan dalam membuat karya, maka kita tidak akan jalan ketika tidak mendapatkan eksistensi. Ini yang disebut sebagai eksistensi melebihi esensi.

Gue hanya ingin cerita, jadi beberapa minggu ini, sedang sering-seringnya membaca karya-karya tulis yang tak pernah terpublish dimanapun. Dan saat itu gue merasa seperti membaca karya dari diri saya yang lainnya.

Bahwa benar, seiring berjalannya waktu, pemikiran tentang apa yang kita lihat akan selalu berubah. Pendapat kita tentang suatu kejadian bisa dipengaruhi oleh perasaan, keadaan, waktu dan lainnya. Nah, seketika itu gue sadar bahwa betapa jika kita bisa menulis apa yang ada dipikiran kita, maka akan menjadi dokumentasi yang sangat menarik untuk dibaca kelak tua nanti.

Kita semua pasti pernah memikirkan kelak akan menghabiskan masa tua seperti apa. Apakah hanya melihat masa lalu lewat foto album keluarga.?, bukankah menarik jika kita bisa bernostalgia dengan diri kita sendiri, sepuluh, atau dua puluh tahun yang lalu. Pasti akan senyum-senyum sendiri.

Rasanya menjadikan tulisan sebagai bentuk dokumentasi atas apa yang ada dipikiran dan perasaan sangat menarik. Maka dari itu, kawan-kawan, ijinkan saya menulis lagi tentang apa saja yang sedang ada dikepala dan diperasaan.

Juga untuk anakku kelak, (walaupun belum nikah). Ini juga untukmu, karna kelak jika aku menjadi ayah yang tidak bisa ramah dan lancer berkomunikasi denganmu, maka bacalah tulisan-tulisan ayahmu agar engkau tahu siapa ayahmu sebenarnya. Salam saying.. hehe..

Tentang @yahyazak94

secangkir seduhan teh tawar di sore hari
Pos ini dipublikasikan di My Story. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar